Jenis-jenis Perempuan yang Sulit Dimengerti
Mungkin
kali kesekian gue bilang lewat tulisan bahwa perempuan adalah makhluk yang paling
sulit dimengerti di seluruh alam semesta. Bahkan, perempuan itu sendiri nggak benar-benar
ngerti dengan dirinya, dengan keinginannya.
Kalau
nanti gue mati dan diberi kesempatan bertanya sama Sang Pencipta, mungkin gue
akan bertanya: “Perempuan itu sebenarnya awal mulanya diciptakan dari apa?”
Ya
gue tahu, dan gue percaya juga kalau Adam, manusia pertama diciptakan dari
tanah. Gue juga yakin perempuan diciptakan dari tanah, tapi nggak yakin dari
tanah murni. Mungkin saja ketika itu tanahnya nggak sengaja kecampur sama Oli
Samping, bubuk mesiu, atau kotoran onta yang nggak sengaja lewat dan buang
hajat waktu itu. Makanya perempuan jadi makhluk yang beda di antara yang
lainnya.
Sama
seperti dirinya sendiri, gue juga sangat sulit memahami perempuan dengan
sifatnya yang bisa berubah nggak kenal waktu. Dan bagi gue, jenis perempuan
yang sangat sulit dipahami itu adalah yang seperti ini…
Perempuan (kebanyakan
ibu-ibu) yang nyalain sein kiri tapi malah belok kanan.
Gue
nggak bisa menebak jalan pikiran jenis perempuan yang satu ini. Kalau kebiasaan
sein-kanan-belok-kiri ini dikondisikan pada sebuah hubungan, mungkin sama
seperti ketika cowok nembak dan ceweknya jawab, “Hm, aku pikir-pikir dulu ya…”
Padahal
kalau emang sayang, ngapain dipikir-pikir?
Tapi
sesulit-sulitnya memahami perempuan yang sein-kanan-belok-kiri, lebih sulit
lagi memahami perempuan yang nyalain sein tapi nggak belok-belok.
Yang pantang pergi
sebelum alisnya seimbang.
Ketika
gue lagi jalan di suatu tempat dan ketemu cewek, gue nggak akan langsung
menatap ke arah alis cewek itu lalu bergumam, “Hm, cantik”, nggak. Kecuali kalau
cewek itu alisnya setebal batako di lorong masuk rumah gue. Lagi pula, sesama
cowok pasti tahu pandangan pertama seorang laki-laki kepada perempuan itu
mengarah ke mana. Nggak mungkin alis!
Yang berjilbab tapi
tali BH-nya kelihatan.
Ini
adalah salah satu keresahan gue yang pernah gue kicaukan di Twitter. Setiap kali
gue keluar rumah, gue selalu menemukan jenis perempuan seperti ini. Menutup bagian
tubuh yang (menurut gue) ‘nggak papa’ terlihat, tapi mempertontonkan bagian
yang seharusnya nggak bisa dilihat.
Yang sulit dipahami di jalanan:— Newt. (@nfirmansyah_) April 11, 2016
1) ibu-ibu naik matic
2) cewek berjilbab tapi tali behanya keliatan
3) apa lagi ya…
Bukan
apa-apa, tapi pemandangan seperti itu bisa membuat angka kecelakaan lalu lintas
meningkat pesat.
Yang bilang “aku
nggak papa”.
Sejak
Nabi Ibrahim belum bermimpi disuruh menyembelih Ismail, gue udah nggak ngerti
sama jenis perempuan yang selalu bilang “aku nggak papa” setiap kali ditanya “kamu
kenapa?”. Tapi gue nggak menyalahkan perempuan dalam hal ini. Gue justru
menyalahkan laki-laki, termasuk diri gue, karena nanyanya kurang kreatif dan
sepanjang zaman selalu sama.
Mungkin
akan berbeda ketika cowok ngelihat ceweknya cemberut lalu ditanya, “Albert
Einstein kenapa alisnya nggak seimbang?”. Nggak mungkin cewek akan menjawab
dengan “nggak papa”. Bisa jadi dia akan diam.
Diam
setelah ngegampar cowoknya pake skripsi yang sudah belasan kali direvisi.
Yang bilang “aku mau
fokus UTS dulu”.
Perempuan
selalu punya kalimat membingungkan, nggak masuk akal, tapi tetap harus diterima
logika laki-laki. Pola pikir mereka kadang lebih rumit daripada sebuah lukisan
abstak. “Aku mau fokus UTS dulu” hanyalah satu dari sekian juta fokus-fokus
yang lain yang dijadikan alasan kalau mereka sudah mulai bosan dan nggak tahan
sama pasangannya.
Saran
gue, jangan sampai aja kalimat “aku mau fokus bla bla bla…” keluar dari mulut
perempuan.
Yang ngakunya
kakak-adik tapi sayang-sayangan.
Di
antara jenis-jenis perempuan yang sulit dipahami, ini adalah yang paling nggak
bisa gue pahami sedikit pun. Ngakunya cuma kakak-adik, abang-eneng, mas-mbak,
kambing-sapi, tapi di akhir setiap kalimat percakapannya selalu terselip kata “Sayang”
di dalamnya.
Sesayang-sayangnya
gue sama adik gue, gue nggak pernah bilang sama adik gue: “Sayang, disuruh ibu
beli minyak tawon tuh di warung sebelah.” Dan nggak mungkin juga adik gue
menjawab, “Iya, Sayang, bentar ya kalau Uttaran udah iklan” sambil ngegedein
volume TV.